Sabtu, 30 April 2022

Berbalas Pesan

Mencitai Penanda Dosa, tulisan dari Ust. Salim A. Fillah yang sebelumnya saya posting disini seolah menjadi trigger betapa baiknya Allah, tulisan yang sudah beberapa kali saya baca namun tetap mampu mengalirkan air mata diata pipi ini, sekaligus menjadi salah satu tulisan terpavorit saya sepertinya.

Duhai Allah, betapa engkau maha baik...

kau sajikan kisah yang membuat hati ini terasa sesak dengan sangat indah, kau sajikan lewat hamba-Mu yang sholeh, yang dengan tulisannya mampu menggertarkan siapapun yang membacanya.

Duhai Allah, betapa indahnya karunia-Mu..

Disaat hati ini kerontang dengan penuh gundah gulana kau sirami hati ini dengan kisah seindah itu, ah.. betapa sombong rasanya diri ini, yang jika membaca kisah dari-Mu hamba masih abai dengan firman-Mu.

"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra: 32).

Duhai Allahku, hamba mohon pada-Mu bimbing hati ini agar tidak sombong, yang dengan kesombongannya hamba masih terlena dengan berbalas pesan dengan lawan jenis.. 😭😭😭

Ya Rabbi, engkau sudah memberikan sinyal tidak nyaman pada hati ini, tapi dengan congkaknya diri ini masih menikmati untuk melakukan komunikasi yang tidak perlu dengan lawan jenis.. 😭😭😭


Ya Allah, hamba mohon pada-Mu, tolonglah hamba-Mu yang lemah ini, yang rasanya tidak berdaya jika ujiannya menyangkut hati dan perasaan.

Duhai Allahku, tolong jaga diri ini, jaga dari interaksi yang tidak perlu, jaga dari komunikasi yang tidak pantas, dan dari godaan yang rasanya sangat sesak ini..

Mencintai Penanda Dosa, oleh Salim A. Fillah

 Oleh Fitra Habibullah Lubis pada Minggu, 29 April 2012 pukul 01.49

Dalam hidup, Allah sering menjumpakan kita dengan orang-orang yang membuat hati bergumam lirih, “Ah, surga masih jauh.” Pada banyak kejadian, ia diwakili oleh orang-orang penuh cahaya yang kilau keshalihannya kadang membuat kita harus memejam mata.

Dalam tugas sebagai Relawan Masjid di seputar Merapi hari-hari ini, saya juga bersua dengan mereka-mereka itu. Ada suami-isteri niagawan kecil yang oleh tetangganya sering disebut si mabrur sebelum haji. Selidik saya menjawabkan, mereka yang menabung bertahun-tahun demi menjenguk rumah Allah itu, menarik uang simpanannya demi mencukupi kebutuhan pengungsi yang kelaparan dan kedinginan di pelupuk mata.

“Kalau sudah rizqi kami”, ujar si suami dengan mata berkaca nan manusiawi, “Kami yakin insyaallah akan kesampaian juga jadi tamu Allah. Satu saat nanti. Satu saat nanti.” Saya memeluknya dengan hati gerimis. Surga terasa masih jauh di hadapan mereka yang mabrur sebelum berhaji.

Ada lagi pengantin surga. Keluarga yang hendak menikahkan dan menyelenggarakan walimah putra-putrinya itu bersepakat mengalihkan beras dan segala anggaran ke barak pengungsi. Nikah pemuda-pemudi itu tetap berlangsung. Khidmat sekali. Dan perayaannya penuh doa yang mungkin saja mengguncang ‘Arsyi. Sebab semua pengungsi yang makan hidangan di barak nan mereka dirikan berlinangan penuh  haru memohonkan keberkahan.

Catatan indah ini tentu masih panjang. Ada rumah bersahaja berkamar tiga yang menampung seratusan pelarian musibah. Untuk pemiliknya saya mendoa, semoga istana surganya megah gempita. Ada juru masak penginapan berbintang yang cutikan diri, membaktikan keahlian di dapur umum. Ada penjual nasi gudheg yang sedekahkan 2 pekan dagangannya bagi ransum para terdampak bencana. Semoga tiap butir nasi, serpih sayur, dan serat lelaukan bertasbih untuk mereka.

Ada juga tukang pijit dan tukang cukur yang keliling cuma-cuma menyegarkan raga-raga letih, barak demi barak. Ad dokter-dokter yang rela tinggalkan kenyamanan ruang berpendingin untuk berdebu-debu dan berjijik-jijik. Ada  lagi para mahasiswa dan muda-mudi yang kembali mengkanakkan diri, membersamai dan menceriakan bocah-bocah pengungsi. Semua kebermanfaatan surgawi itu, sungguh membuat iri.

***

“Ah, surga masih jauh.”

Setelah bertaburnya kisah kebajikan, izinkan kali ini saya justru mengajak untuk menggumamkan keluh syahdu itu dengan belajar dari jiwa pendosa. Jiwa yang pernah gagal dalam ujian kehidupan dariNya. Mengapa tidak? Bukankah Al Quran juga mengisahkan orang-orang gagal dan pendosa yang berhasil melesatkan dirinya jadi pribadi paling mulia?

Musa pernah membunuh orang. Yunus bahkan sempat  lari dari tugas risalah yang seharusnya dia emban. Adam juga. Dia gagal dalam ujian untuk tak mendekat pada pohon yang diharamkan baginya. Tapi doa sesalnya diabadikan Al Quran. Kita membacanya penuh takjub dan khusyu’. “Rabb Pencipta kami, telah kami aniaya diri sendiri. Andai Kau tak sudi mengampuni dan menyayangi, niscaya jadilah kami termasuk mereka yang rugi-rugi.” Mereka pernah menjadi jiwa pendosa, tetapi sikap terbaik memuliakan kelanjutan sejarahnya.

Kini izinkan saya bercerita tentang seorang wanita yang selalu mengatakan  bahwa dirinya jiwa pendosa. Kita mafhum, bahwa tiap pendosa yang bertaubat, berhijrah, dan  berupaya memperbaiki diri umumnya tersuasanakan untuk membenci apa-apa yang terkait dengan masa lalunya. Hatinya tertuntun untuk tak suka pada tiap hal yang berhubungan dengan dosanya. Tapi bagaimana jika ujian berikut setelah taubat adalah untuk mencintai penanda dosanya?

Dan wanita dengan jubah panjang dan jilbab lebar warna ungu itu memang berjuang untuk mencintai penanda dosanya.

“Saya hanya ingin berbagi dan mohon doa agar dikuatkan”, ujarnya saat kami bertemu di suatu kota selepas sebuah acara yang menghadirkan saya sebagai penyampai madah. Didampingi ibunda dan adik lelakinya, dia mengisahkan lika-liku hidup yang mengharu-birukan hati. Meski sesekali menyeka wajah dan mata dengan sapu tangan, saya insyaf, dia jauh lebih tangguh dari saya.

“Ah, surga masih jauh.”

Kisahnya dimulai dengan cerita indah di semester akhir kuliah. Dia muslimah nan taat, aktivis dakwah yang tangguh, akhwat yang jadi teladan di kampus, dan penuh dengan prestasi yang menyemangati rekan-rekan. Kesyukurannya makin lengkap tatkala prosesnya untuk menikah lancar dan mudah. Dia tinggal menghitung hari. Detik demi detik serasa menyusupkan bahagia di nafasnya.

Ikhwan itu, sang calon suami, seorang lelaki yang mungkin jadi dambaan semua sebayanya. Dia berasal dari keluarga tokoh terpandang dan kaya raya, tapi jelas tak manja. Dikenal juga sebagai ‘pembesar’ di kalangan para aktivis, usaha yang dirintisnya sendiri sejak kuliah telah mengentas banyak kawan dan sungguh membanggakan. Awal-awal, si muslimah nan berasal dari keluarga biasa, seadanya, dan bersahaja itu tak percaya diri. Tapi niat baik dari masing-masing pihak mengatasi semuanya.

Tinggal sepekan lagi. Hari akad dan walimah itu tinggal tujuh hari menjelang, ketika sang ikhwan dengan mobil barunya datang ke rumah yang dikontraknya bersama akhwat-akhwat lain. Sang muslimah agak terkejut ketika si calon suami tampak sendiri. Ya, hari itu mereka berencana meninjau rumah calon tempat tinggal yang akan mereka surgakan bersama. Angkahnya, ibunda si lelaki dan adik perempuannya akan beserta agar batas syari’at tetap terjaga.

“’Afwan Ukhti, ibu dan adik tidak jadi ikut karena mendadak uwak masuk ICU tersebab serangan jantung”, ujar ikhwan berpenampilan eksekutif muda itu dengan wajah sesal dan merasa bersalah. “’Afwan juga, adakah beberapa akhwat teman Anti yang bisa mendampingi agar rencana hari ini tetap berjalan?”

“Sayangnya tidak ada. ‘Afwan, semua sedang ada acara dan keperluan lain. Bisakah ditunda?”

“Masalahnya besok saya harus berangkat keluar kota untuk beberapa hari. Sepertinya tak ada waktu lagi. Bagaimana?”

Akhirnya dengan memaksa dan membujuk, salah seorang kawan kontrakan sang Ukhti berkenan menemani mereka. Tetapi bi-idzniLlah, di tengah jalan sang teman ditelepon rekan lain untuk suatu keperluan yang katanya gawat dan darurat. “Saya menyesal membiarkannya turun di tengah perjalanan”, kata muslimah itu pada saya dengan sedikit isak. “Meskipun kami jaga sebaik-baiknya dengan duduk beda baris, dia di depan dan saya di belakang, saya insyaf, itu awal semua petakanya. Kami terlalu memudah-mudahkan. AstaghfiruLlah.”

Ringkas cerita, mereka akhirnya harus berdua saja meninjau rumah baru tempat kelak surga cinta itu akan dibangun. Rumah itu tak besar. Tapi asri dan nyaman. Tidak megah. Tapi anggun dan teduh.

Saat sang muslimah pamit ke kamar mandi untuk hajatnya, dengan bantuan seekor kecoa yang membuatnya berteriak ketakutan, syaithan bekerja dengan kelihaian menakjubkan. “Di rumah yang seharusnya kami bangun surga dalam ridhaNya, kami jatuh terjerembab ke neraka. Kami melakukan dosa besar terlaknat itu”, dia tersedu. Saya tak tega memandang dia dan sang ibunda yang menggugu. Saya alihkan mata saya pada adik lelakinya di sebalik pintu. Dia tampak menimang seorang anak perempuan kecil.

“Kisahnya tak berhenti sampai di situ”, lanjutnya setelah agak tenang. “Pulang dari sana kami berada dalam gejolak rasa yang sungguh menyiksa. Kami marah. Marah pada diri kami. Marah pada adik dan ibu. Marah pada kawan yang memaksa turun di jalan. Marah pada kecoa itu. Kami kalut. Kami sedih. Merasa kotor. Merasa jijik. Saya terus menangis di jok belakang. Dia menyetir dengan galau. Sesal itu menyakitkan sekali. Kami kacau. Kami merasa hancur.”

Dan kecelakaan itupun terjadi. Mobil mereka menghantam truk pengangkut kayu di tikungan. Tepat sepekan sebelum pernikahan.

“Setelah hampir empat bulan koma”, sambungnya, “Akhirnya saya sadar. Pemulihan yang sungguh memakan waktu itu diperberat oleh kabar yang awalnya saya bingung harus mengucap apa. Saya hamil. Saya mengandung. Perzinaan terdosa itu membuahkan karunia.” Saya takjub pada pilihan katanya. Dia menyebutnya “karunia”. Sungguh tak mudah untuk mengucap itu bagi orang yang terluka oleh dosa.

“Yang lebih membuat saya merasa langit runtuh dan bumi menghimpit adalah”, katanya terisak lagi, “Ternyata calon suami saya, ayah dari anak saya, meninggal di tempat dalam kecelakaan itu.”

“SubhanaLlah”, saya memekik pelan dengan hati menjerit. Saya pandangi gadis kecil yang kini digendong oleh sang paman itu. Engkaulah rupanya Nak, penanda dosa yang harus dicintai itu. Engkaulah rupanya Nak, karunia yang menyertai kekhilafan orangtuamu. Engkaulah rupanya Nak, ujian yang datang setelah ujian. Seperti perut ikan yang menelan Yunus setelah dia tak sabar menyeru kaumnya.

“Doakan saya kuat Ustadz”, ujarnya. Tiba-tiba, panggilan “Ustadz” itu terasa menyengat saya. Sergapan rasa tak pantas serasa melumuri seluruh tubuh. Bagaimana saya akan berkata-kata di hadapan seorang yang begitu tegar menanggung semua derita, bahkan ketika keluarga almarhum calon suaminya mencampakkannya begitu rupa. Saya masih bingung alangkah teganya mereka, keluarga yang konon kaya dan terhormat itu, mengatakan, “Bagaimana kami bisa percaya bahwa itu cucu kami dan bukan hasil ketaksenonohanmu dengan pria lain yang membuat putra kami tersayang meninggal karena frustrasi?”

“Doakan saya Ustadz”, kembali dia menyentak. “Semoga keteguhan dan kesabaran saya atas ujian ini tak berubah menjadi kekerasan hati dan tak tahu malu. Dan semoga sesal dan taubat ini tak menghalangi saya dari mencintai anak itu sepenuh hati.” Aduhai, surga masih jauh. Bahkan pinta doanya pun menakjubkan.

Allah, sayangilah jiwa-jiwa pendosa yang memperbaiki diri dengan sepenuh hati. Allah, jadikan wanita ini semulia Maryam. Cuci dia dari dosa-dosa masa lalu dengan kesabarannya meniti hari-hari bersama sang buah hati. Allah, balasi tiap kegigihannya mencintai penanda dosa dengan kemuliaan di sisiMu dan di sisi orang-orang beriman. Allah, sebab ayahnya telah Kau panggil, kami titipkan anak manis dan shalihah ini ke dalam pengasuhanMu nan Maha Rahman dan Rahim.

Allah, jangan pula izinkan hati kami sesedikit apapun menghina jiwa-jiwa pendosa. Sebab ada kata-kata Imam Ahmad ibn  Hanbal dalam Kitab Az Zuhd yang selalu menginsyafkan kami. “Sejak dulu kami menyepakati”, tulis beliau, “Bahwa jika seseorang menghina saudara mukminnya atas suatu dosa, dia takkan mati sampai Allah mengujinya dengan dosa yang semisal dengannya.”

-salim a. fillah, www.safillah.co.cc-


Dikutip dari : https://www.facebook.com/notes/ldf-asy-syifaa/mencintai-penanda-dosa-oleh-salim-a-fillah/303817783027157/

Selasa, 22 Juni 2021

Labuhkan hati ini pada Mu ya Rabb

 Duhai Rabb, Kau maha tahu apa yang saat ini dan akhir - akhir ini sedang ada dalam fikiran dan yang dominan dalam hati ini.. 

Duhai Rabbi.. meleleh rasanya air mata ini jika keadaan hati sedang baik yang kau berikan indahnya hidayah-Mu, ketika diri yang hina ini mengingat betapa cintanya Engkau kepada hamba-hamba MU..

Ya Allah... perasaan apakah ini ? rasa yang bisa membuat mata sembab disertai dengan mudahnya air mata menggenang dan jatuh perlahan dipipi ini.. ah,, betapa indah rasanya ya Allah..

Duhai Allah, mengapa dengan bodohnya diri ini malah ingin mengabaikan perasaan ini, yang dimana hanya dengan mengingat kebaikan Mu, begetar rasanya hati ini dan meleleh air mata ini.

Duhai Allah yang maha baik, tolong bantulah hamba Mu yang lemah dan bodoh ini untuk merawat dan terus menumbuhkan rasa cinta pada Mu ya Allah, 

Duhai Allah, jikalah ada kata yang ingin disampaikan hati pada diri, belumlah tepat rasanya jika sekarang hati ini berbagi tempat dengan anak cucu adam yang lain,,

Duhai diri, tentu saja aku juga ingin hati ini aku labuhkan kepada dia yang membuatmu nyaman dan merasa bisa lebih dekat dengan Rabb Mu ketika bersamanya, walaupun saat ini kau sadar bahwa dirimu hanya gabut dan iseng ketika berbalas chat dengan lawan jenismu. 

Duhai diri, Sungguh aku khawatir rasanya jika saat ini kau sudah mulai berinteraksi dengan lawan jenismu apalagi sampai melibatkan hati.. tak terbayang rasa jika nanti hati ini bertemu dengan yang satu frenkuensi tapi terhalang dengan alasan diri yang belum siap atau dia yang belum bisa sepenuhnya menerima realita dirimu yang saat ini sedang pada episode untuk lebih banyak bersabar dengan rezeki..

Tentunya saja bukan tidak percaya pada kata "Jangan mengerdilkan pertolongan Allah dengan akal, nalar, dan logika kita".  kalimat tersebut amat mudah rasanya terucap dan sering keluar dari lisan ini, tetapi untuk mempraktikan dan mencoba membuktikannya, jelas nantinya akan banyak cobaan dan membutuhkan kualitas iman yang lebih baik dari saat ini, sampai akhirnya kau sendiri yang akan menjadi bukt dari kalimat yang saat ini coba kau imani itu.

Untuk saat ini, rasanya cukuplah jika kau minta pertolongan pada Rabb Mu agar Dia yang maha berkuasa dan pemilik hati ini untuk melabuhkan hatimu kepada Nya dengan sesungguhnya kau ingin dicintai dan mencitai. yang bisa kau buktikan dari perbuatan yang nyata dan tidak hanya dengan kata.



 Karawang, 22 Juni 2021 sekitar 17.37 dikamar berukuran 3x3 dengan dibersamai nasihat dari habi Ali bin ssegaf dan ust. khalid basalamah.

Selasa, 08 Juni 2021

Jangan pernah tinggalkan Allah

Duhai Rabb, terima kasih atas segala kemaha baikan-Mu, karena Engau tidak pernah meninggalkan hamba-Mu yang amat sering melupakan-Mu.

Duhai Rabb, terima kasih atas segala kemaha baikan-Mu, karena Engau tidak pernah meninggalkan hamba-Mu yang amat sering mendurhakai-Mu.

Duhai Rabb, terima kasih atas segala kemaha baikan-Mu, karena Engau tidak pernah meninggalkan hamba-Mu yang amat sering mengabaikan-Mu.

Ya Allah, amat banyak bukti cinta dari-Mu jika saja hati ini tidak terbutakan dengan dosa yang terus menumpuk dan belum teristighfari, 

Ya Rabb, tidak terbayang rasanya bagaimana besarnya cinta-Mu kepada hamba-hamba-Mu yang Kau cintai, betapa indah rasanya membayangkan bagaimana jika cinta yang kau berikan bisa terbalaskan dengan cinta yang tulus pada-Mu, ah sudah pasti bahagianya diri ini jika bisa menjadi salah satu dari hamba-Mu yang beruntung itu.

Ya Rabb, betapa hinanya diri ini yang mengaku cinta pada-Mu tetapi amal dan tindakannya tidak benar-benar mencerminkan layaknya orang yang jatuh cinta, ah malu sudah diri ini yang hanya bisa mengaku mencintai-Mu tetapi tetap lalai dan abai pada perintah dan larangan-Mu. 

"Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu."  (QS. 93:3)

Ah, betapa indah rasanya surat cinta dari-Mu itu ya Allah, seolah engkau berbisik mesra dengan penuh cinta dan kasih kepada hamba-hamba-Mu, bahwa engkau tidak akan pernah dibiarkan sendiri, tidak akan pernah ditinggalkan oleh-Nya dan akan selalu membersamai hamba-hamba-Mu seperti apapun kondisinya, baik dalam keadaan susah, senang, sedih, bahagia, sempit, dan lapang.

Engkau maha tahu Ya Allah, bagaimana kondisi diri saat ini, disaat hamba merasa useless seperti sekarang kau berikan hidayah kepada agar bisa mengingatmu dan merasa dibersamai oleh-Mu. dan tidak elok rasanya jika nanti kau berikan kelapangan, diri ini malah kembali abai dan lalai untuk mengingat-Mu dan jauh dari-Mu, maka ya Allah, berikanlah hamba pertolongan agar engkau berikan taufiq dan hidayah-Mu agar hamba bisa selalu mengingat-Mu disetiap keadaan.


 

Selasa, 20 April 2021

The Story Of an Jobless

 Bismillahirahmanirrahim..

Sebuah pengantar.

Yossh... akhirnya setelah lelah scrol-scrol in the tik tok, dan galau karena banyaknya list anime yang belum ditonton, dengan penuh tekad api yang menggelora akhirnya saya bisa melipir juga ke enih belog..

Okay, jadi kali ini ceritanya mau buat pengantar untuk seonggok ide yang muncul pada saat salat tarawih semalam, yups... emang dasar bisa2nya lagi salat tarawih fikiran traveling ngaler ngidul 😂,  oh iya, btw sekarang sudah masuk bulan ramadhan ya guys tepatnya 5 hari selepas santap saur pertama, atau lebih tepatnya Sabtu, 17 April 2021.

Hadeuh-hadeuh, ternyata 4 hari tertunda dari tulisan pertama pengantar ini.. wkwwk btw sekarang udah tanggal 21 April ya ges 😑, setelah kemarin sempat tertunda untuk buat pengantar enih, nyang ga lain dan ga bukan karena tergoda list anime dan akhirnya nonton marathon dulu "Bakuman", semoga sekarang bisa selesai nih pengantarnya.. wkwkkw so.. langsung aja yak.. paragraph 4 isi dari pengantarnaya, karena 3 paragraph diawal ini isinya cuman basa-basi busuk doang 😆 dan saatnya kembali kejalan yang lurus mode on 😇..

Baik, jadi maksud pengantar disini adalah terkait rencana pembuatan jurnal atau diary yang akan dibuat selama masa-masa tidak bekerja seperti sekarang dimulai dari tanggal 10 Desember 2019, karena memang sudah lama menyandung status "Jobless" seperti sekarang. walaupun tetap masih kalah lama dengan status legend "Single".

Ide untuk membuat diary selama jobless ini berawal didasari karena selama jobless dan #dirumahaja saya merasa seperti tidak melakukan apa-apa dan hanya melakukan hal-hal yang tidak berguna untuk menghabiskan waktu, padahal sudah pasti ada kebaikan disetiap ketetapan yang ALLAH gariskan kepada hamba-hambanya, jadi semoga dengan membuat "The Diary Of Jobless", saya bisa menuliskan dan menuangkannya dalam diary tersebut, untuk saat ini diary tersebut recananya apakan berisi tentang :

  • - Kegiatan sehari-hari (rencana dan aktivitas)
  • - Target yang ingin dicapai
  • - ide atau gagasan yang muncul
  • - Motivasi diri,
  • - Self development,
  • - Harapan untuk masa depan,
  • - Dan masih banyak hal lain yang nantinya akan dituangkan disini.

Saya berharap dengan membuat diary ini nantinya akan bisa mendapat hikmah dan pelajaran dari takdir Allah ini, diary ini akan saya tuliskan diblog ini dan catatan yang telah disiapkan. Terkahir dari saya adalah semoga Allah berikan kekuatan dan kemudahan untuk bisa komitment dan konsitent dalam penulisan diary ini. Amin.


Salam,

Beu


Sabtu, 31 Desember 2016

Hari Pertama 2017

Karawang, 01-Januari-2017.
00.35 am                                                                                                                  

Malam ini.. tepatnya 35 menit sang waktu menempatkan saya ditahun 2017,
Selepas menemani sang ibunda tercinta yang hanya ingin sekedar melihat sang langit ditahun baru yang dipenuhi oleh gemerlapnya kembang api ditahun baru. Yah, beliau mendapat ajakan dari kakaku  untuk melihat sang langit dihiasai kembang api ditahun baru 2017 ini, terlihat sangat antusiasnya beliau dalam menyambut ajakan itu.. 

Tapi dasar manusia yang hanya bisa berencana... Sang Maha pembolak balik hati pun menakdirkan hal lain, rencana melihat pesta kembang api diahun baru itu pun harus gagal karena alasan yang sudah Allah tuliskan dalam lauh mahfudnya..

Dari kabar yang baru disampaikan tersebut, terlihat sedikit kekecewaan dalam wajahnya yang sebelumnya sudah sangat antusias pada ajakan tersebut, tak sanggup rasanya melihat wajah beliau yang mencoba menutupi rasa kecewanya itu.. Maka dengan spontan akupun mengajak beliau untuk melihat pesta kembang api didepan gerbang festivale, dimana gerbang pestivale adalah gerbang menuju jalan besar (raya) yang memang terletak tidak jauh dari rumahku dan merupakn tempat strategis untuk sekedar melihat pesta kembang api ditahun baru.. 

Walaupun sebelumnya aku sudah memutuskan dalam hati untuk tidak terlibat dalam kebiasaan yang hanya menginduk pada budaya barat tersebut, tapi melihat wajah beliau, tak tega rasanya hati ini jika harus melihat wajahnya diselimuti rasa kekecewaan yang beliau tutupi. Akhirnya beliaupun mengiyakan ajakan itu walaupun sebelumnya sempat ragu pada ajakan itu, mungkin karena khawatir akan merepotkanku, yang memang sebelumnya aku lebih memutuskan untuk tidur lebih awal dan tidak ingin ikut melihat pesta kembang api tersebut.. 

Dan pelajaran berhargapun didapat dihari pertama 2017 ini tepat pada saat melihat pesta kembang api digerbang pestivale bersama ibu dan saudanya yang memang sudah terlebih dahulu beranjak berangkat untuk melihat pesta kembang api itu..

Akhirnya waktu yang ditunggupun tiba, walaupun sang waktu masih menunjukan pukul 23.56 WIB tapi langit Festivale sudah dipenuhi oleh indahnya kembang api sekiranya kurang lebih 15-20 menit langit Festivel dipeneuhi hiasan kembang api..

Bahagia itu sederhana.. Mungkin itulah yang bisa kugambarkan saat itu.. banyak orang-orang yang terlihat gembira dan cukup puas walaupun hanya melihat kembang api meluncur menuju langit untuk menebarkan pesonanya pada orang-orang yang memang sudah mengunggunya muncul dimalam tahun baru 2017 ini...

Suasana bahagia itupun juga bisa kurasakan hadir pada sang ibunda tercinta yang memang sudah menantikan saat ini tiba walaupun diriku masih belum bisa mengerti hal special yang bisa kita lihat hanya dari melihat kembang api ditahun baru, toh akhirnya sama saja tidak ada yang menariknya dalam pikiriku saat itu, karena aku memang tidak begitu suka terhadap pesta kembang api maupun keramaian saat itu.

Sesuatu terbalik muncul dalam hati ini ketika melihat kembang api ditahun baru ini, pikiranku seakan membuka kembali file kenangan berarapa tahun silam tepatnya aku masih menuntut ilmu salah satu kampus swasta dikota kembang sekitar tahun 2010 atau 2011, saat itu tahun baru kulalui dengan ikut bermuhasabah di Pusdai yang merupakan salah satu masjid besar dikota kembang yang memang menyelenggarakan tabligh akbar disambung muhasabah dimalam tahun baru.. ah, betapa indahnya saat itu ..jika dibandingkan dengan hari ini, gumamku dalam hati.. 

Akhirnya Allah Sang Maha Baikpun menunjukan hikmah yang bisa dipetik malam ini.. Sesampainya dirumah hati ini serasa begitu lega dan lebih tenang setelah mengajak ibuku melihat pesta kembang api yang ingin dilihatnya walaupun hari ini diawal agak sedikit kupaksakan yang hanya karena niat diawal adalah hanya sekedar ingin menggantikan kakakku untuk menemaninya dan megobati sedikit kekecewaan diwajahnya..

Mungkin Allah memang sudah merencanakna semuanya dan sengaja menggerakan hati kakakku untuk mengajak ibu melihat kembang api dan tiba-tiba menggagalkannya begitu saja.. karena Allah ingin memberiku kesempatan untuk sedikit berbakti kepada orang tua khususnya ibunda tercinta karena beliaulah yang saat ini masih ada didunia ini.. dan memberikan balasanya berupa kepuasan, ketangan, dan kelegaan hati ini sebagai balasab bagi orang yang berniat dan berusaha memuliakan orang tuanya..

Hikmahnya dari kejadian dimalam tahun baru yang bisa kupetik adalah bahwa "BERBAKTI PADA ORANG TUA ITU SEDERHANA" tidak harus mengeluarkan modal yang besar dan tidak harus meluangkan waktu khusus dan lama... Cukup hanya dengan berniat dalam hati ingin berbakti dan membahagiakannya, berusaha dalam ikhtiar untuk mewujudkannya, dan mengmbil momentum untuk melaksanakannya...



....Thanks to ALLAH for first night on 2017... 

Sabtu, 10 Maret 2012

Ayo Kemblai Ideal......

Minggu, 11 Maret 2012...
Seperti biasa dikamar berukuran 3.5 x2.5,,
Di pesisir kota kembang Bandung..
Seorang pemuda yang INSYA ALLAH BERWAJAH TAMPAN kembali memikirkan nasibnya yang hampir punah sebagai model.
A.B. Umbara merupakan seorang laki-laki beruntung yang saat ini CERITANYA berperan sebagai SEORANG MODEL disalah satu majalah terbitan korea, yang biasa meliput Flora dan Fauna para artis korea.

STEVEN demikian panggilan A.B. Umbara, model yang pada tanggal 8 januari kemarin genap berusia 21 tahun ini biasa disapa, menuturkan bahwa sebenarnya dia sudah agak risih dengan keadan tubuhnya saat ini yang terus berkembang, seiring dengan berkembangnya karirnya didunia modeling dan perkuliahan.

Waktu tuh ga kerasa banget deh berlalunya yah ?
Dulu waktu aku pertama memasuki dunia modeling 3 tahun silam atau tepatnya sih bulan agustus 2008 (awal aku ke Bandung juga tuh buat kuliah), dulu aku itu bukan siapa-siapa, tapi beruntung karena ALLAH menganugerahi aku wajah yang ceritanya GANTENG dan tubuh yang IDEAL, gimana ga idela coba ?dulu aku itu punya tinggi badan < 180 (sekitar 167 cm)
dan didukung dengan berat badan  > 65 Kg. nah itu lah yang menyebabkan akhirnya aku terpilih sebagai seorang model, kata kuncinya cuman dua wajah GANTENG dan tubuh yang IDEAL, dengan itu kamu bakal mudah jadi apa yang kamu mau, termasuk model.
Padahal waktu itu aku ga ikut audisi loh..

Tapi yah yang namanya rezeki kali yah, mau diapain lagi ?
walaupun sebenernya agak risih juga sih dengan peran aku sebagai seorang model, dikampus aku disenangi banget sama makhluk yang nama nya PEREMPUAN.

demikian steven menceritakan pengalamannya saat dia memasuki didunia permodelan.

Setelah 3 tahun setengah sukses didunia perkuliahan (terbukti dengan seringnya steven menemani juniornya untuk sekedar kuliah dikelas, dengan mata kuliah yang telah dua kali dia ambi, tapi serius sekarang steven udah tobat dengan yang namanya menemani junior kuliah), sukses steven didunia perkuliahan dibarengi juga dengan kesuksesannya mengembangkan karir didunia modeling.Setali tiga uang kesuskesan steven didunia perkuliahan dan dunia modeling pun di ikuti dengan kesuksesan dirinya mengembangkan tubuhnya yang sudah IDEAL, menjadi SUPER IDEAL (untuk ukuran tengki pertamina), saat ini steven kebanjiran panggilan untuk menggantikan tengki pertamina mengirimkan pasokan BBM ke SPBU-SPBU sekitar Bandung dan sekitarnya, karena selain dianggap Perutnya yang mempunyai daya tampung yang lumayan luas untuk mensuplai pasokan BBM disekitar kota Bandung (iyah bahkan super luas, karena GEDE tuh perutnya).

Perutnya steven juga kan maju ke depan (ga tega euy kalo mau nulis gendut teh)
, jadi cocok untuk diisikan BBM biar lebih aman distribusinya, ujar bos pertamina kang supardi saat diwawancari tim VOA.

Saat ini memang menjadi fenomena bahwa keadaan steven berubah 180 derajat, steven yang dahulu IDEAL menjadi SUPER IDEAL dengan berat badan  > 66 Kg (sekitar 87Kg) dan didukung dengan tinggi  < 180 cm (sekitar 167 cm), banyak kalangan disekitar kampus yang tidak percaya akan hal ini,

A.B Umbara itu bener-bener berubah banget, pas masuk kuliah itu badannya kecil IDEAL, sekarang belum juga lulus itu badannya udah SEGEDE BADAK BERCULA SATU SUPER IDEAL. demikian ujar fakhri teman kuliah steven menaggapi perubahan steven yang berubah.

A.B. Umbara pun saat ini berjuang untuk mengembalikan keadaan tubuhnya untuk kembali menjadi ideal..

Ga enak lah jadi SUPER IDEAL itu, kemana-mana ga bebas, banyak yang liatin mas (karena busyet, gede banget badannya) hehe.
Saat ini aku udah mulai jalanin program diet aku mas, dari mulai olah raga (lari pagi, siang, sore, ikut fitnes, jadi kuli angkut, dll) soalnya aku udah beli peralatan olah raga mas (sepatu olah raga, kolor olah raga, tempat minum olah raga, dll) dan udah mulai mengatur pola makan (makan biasa satu porsi, sekarang jadi setengah, tapi nambah. Biasanya makan sehari 3 x sekarang jadi sehari 2x + makan baso campur lontong) . yah mudah-mudahan aja dengan itu program diet yang lagi aku jalanin, bisa mengembalikan keadaan aku yang dulunya bertubuh ideal. ujar steven saat dikonfirmasi tentang tubuhnya yang membengkak SUPER IDEAL.



BLOG CATATAN A.B. UMBARA mengajak teman-teman (vistitor), ayo terus dukung A.B. Umbara mengembalikan tubuhnya yang ideal dengan cara join with facebook di alamat :
"SEJUTA FACEBOOKERS DUKUNG A.B. UMBARA KEMBALI IDEAL"